Monday 30 June 2014

Yogyakarta : Taman Sari

Taman Sari adalah kawasan cagar budaya di Yogyakarta. Kawasan ini bukan hanya sebagai tempat wisata pada bangunannya saja tetapi bisa dibilang sebagai kampung wisata karena selain ada bangunan Taman sari dan reruntuhan benteng juga menyatu dengan rumah penduduk. Rumah penduduk sebagian juga difungsikan sebagai galeri seni.

Kawasan Taman sari merupakan kawasan cagar alam yang ada di Yogyakarta. Rumah masyarakat menyatu dengan bangunan yang dulunya dipakai oleh keraton Yogya. 

Halaman parkir dekat dengan tiket dan pintu masuk Taman Sari

Tiket masuk bisa dibeli di jendela ini, masing-masing orang dikenai Rp 5000 untuk masuk ke Taman sari.

Nah ini pemandangan dari tangga dekat pintu masuk, terdapat dua kolam besar yang memilliki air cukup jernih. 

Salah satu bangunan yang bisa menghubungkan ke ruangan yang lain

Di sekeliling taman sari terdapat banyak gerbang yang menghubungkan satu kawasan ke kawasan lain, tapi jangan khawatir karena nggak akan nyasar in syaa Allah.

Di dalam kawasan Taman sari selain ada bangunan tua juga terdapat perumahan penduduk. Sebagian penduduk ini memanfaatkan rumahnya sebagai galeri seni.

Terlihat juga beberapa penduduk yang sedang membatik atau membuat kerangka wayangan
Rumah penduduk yang dijadikan galeri lukis

Karena kawasan ini cukup luas, siapkan air minum juga. Gambar di atas adalah lorong bawah tanah yang menghubungkan ke kawasan lain dalam lingkungan Taman sari.

Sebenarnya nggak semua kawasan diharuskan membayar, karena reruntuhan benteng ini bisa dimasuki tanpa membayar tiket masuk. Asal kita cari tahu jalannya menuju daerah tersebut. 
Nah ini reruntuhan yang namanya Pulau Cemeti, semacam benteng. Letaknya agak ke atas daripada kawasan kolam Taman sari

Di area parkiran juga terdapat kawasan masjid keraton yang masih berfungsi hingga sekarang

Foto : Rafika, Niken, Immash
Liputan : Immash



Sunday 1 June 2014

Jakarta : Taman Suropati


Taman Suropati adalah salah satu tempat nongkrong yang ‘apik’ di Jakarta. Berada di daerah Menteng Jakarta Pusat, tepatnya di pertemuan antara Jalan Imam Bonjol dan Jalan Diponegoro. Kalau dari tulisan yang iseng saya baca di salah satu papan di dalam taman, ternyata ini sudah ada sejak jaman Belanda lho. Taman Suropati adalah peninggalan arsitek Belanda PAJ Moejoen dan FJ Kubatz.


Awalnya niat ke Taman Suropati karena kiriman foto dari si Immash yang tanya, “Di Jakarta ada kayak beginian?”. Karena penasaran, akhirnya di hari Minggu yang cerah itu saya mencoba peruntungan, eh maksudnya mencoba jalan-jalan pagi ke Taman Suropati. Berikut hasil jepretannya monggo disimak :D


Jalanan menuju Taman Suropati. Ga pake macet dan sejuk banget.


Di depan taman terdapat halte Taman Suropati. Jadi bagi yang tidak membawa kendaraan sendiri bisa naik metro mini 213 jurusan Kampung Melayu – Grogol.


Tempat parkir motor tertata rapi dipinggir jalan. Bagi yang membawa motor tak perlu khawatir meski parkir di pinggir jalan karena ada pos polisi di dekat tempat parkir ini.


Begitu memasuki bagian samping taman dekat dengan tempat parkir motor terdapat “Informasi Peraturan Taman Kota”.


Setelah membaca informasi peraturan taman kota, saya menelusuri jalan setapak yang mengantar saya ke jalan raya karena tujuan pertama adalah melihat sesuatu berwarna warni yang ada di tengah jalan raya depan Taman Suropati. J


Inilah sesuatu berwarna-warni itu. Sangat menarik perhatian karena terletak di tengah jalan raya.


Bunga atau mungkin lebih pas disebut rerumputan berwarna-warni ini cukup luas karena ketika saya berdiri di tangahnya, berasa kecil. :D


karena banyaknya dan sangat berdekatan, seperti melihat kasur ditaburi bunga berwarna kuning.


Ini katanya adalah patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, berada di tengah taman bunga warna-warni.


Papan nama Taman Suropati, ada dua buah di bagian barat dan timur taman.


Sedikit masuk ke dalam, kita dapat menemukan beberapa tempat duduk yang bisa digunakan untuk bersantai sambil menikmati suasana taman yang sejuk dan hijau. Oiya, dari sini sudah terlihat adanya air mancur yang berada di tengah kolam. Sayangnya saya tidak menjepret secara langsung air mancurnya karena banyak sekali orang yang duduk dan anak-anak yang bermain di area tersebut.


 Di dalam taman juga terdapat dua sangkar burung dara. Coba bisa megang salah satu aja ya? :D


Area tidak berumput di dalam taman.


Salah satu dari 6 karya seni yang menunjukkan semangat Asean. Karya Seni ini bermakna “The Spirit Of Asean”oleh Wee Beng Ching dari Singapura.


Rerumputannya hijau dan terawat dengan baik. Di ujung juga terdapat salah satu karya seni semangat Asean yang bermakna “Peace” oleh Sunaryo dari Indonesia.


Kita diperbolehkan bersepeda di dalam taman, asal tidak menginjak rumput. Jika ingin nongkrong atau menikmati penampilan komunitas seni, maka sepeda kita dapat kita letakkan di dekat tempat duduk kita seperti contoh tersebut.


Terdapat track tonjolan batu yang dapat digunakan sebagai pijat refleksi.


Salah satu area tempat menampilkan karya seni dari komunitas seni yang sering menjadi penghibur di Taman Suropati. Ketika diinjak, berasa seperti karpet karena empuk.


Wajar jika terlihat bersih dan tidak ada sampah berserakan, di beberapa sudut taman terdapat tempat sampah baik sampah basah maupun kering.


Di dalam taman terdapat peta lokasi yang dapat digunakan untuk melihat secara keseluruhan area Taman Suropati, beberapa foto dan sejarah singkat Taman Suropati. Baru ngeh ternyata ada 6 karya seni semangat Asean. Cuma terfoto dua karya seni, semoga lain waktu bisa ke taman ini lagi L


Di sebelah peta lokasi terdapat kotak saran untuk Taman Suropati.


Sebenarnya masih ada beberapa spot yang tidak terfoto, semoga ada kesempatan ke Taman Suropati lagi. Pergi ke Taman Suropati layaknya melihat wajah lain dari Jakarta dengan segala kesumpekan, polusi dan debu-debunya. Taman ini ijooo banget, :D

Foto : Istiqomah
Liputan : Istiqomah