Wednesday 28 May 2014

Ngawi: Fort Van Den Bosh

Fort Van Den Bosh atau Benteng Pendem terletak di Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Letaknya tak jauh dari alun-alun Ngawi, bisa ditempuh sekitar 15 menit dari alun-alun ngawi. Kawasan ini merupakan salah satu situs sejarah yang sekarang menjadi kawasan wisata. Di hari libur kawasan ini cukup ramai dikunjungi wisatawan, kebanyakan untuk melakukan photo session. Hehe. Semoga jika revitalisasi berjalan, ada penambahan museum untuk melengkapi sejarah dari benteng ini. 


Sisi tembok bagian belakang, bersisian dengan bangunan yang tinggal rangkanya.

Yang ini dinding favorit, hehe. Karena dia berbeda dari dinding yang ada di sebelahnya.

Nah ini salah satu sisi dinding yang masih berdiri, entah bagaimana dulu bentuk aslinya. 

Ini salah satu bagian lapangan luas di tengah bangunan dalam kawasan benteng ini, masih ada lapangan luas di sisi lain lengkap dengan bangunan yang sudah mulai lapuk oleh zaman

Gerbang paling depan sebelum memasuki kawasan benteng, pengunjung biasanya diharuskan untuk berhenti, melapor pada petugas yang ada dan meninggalkan KTP

Beberapa pilar masih kokoh menyangga bangunan yang sudah ada beberapa ratus tahun lalu ini

Disalah satu dinding terpampang rencana revitalisasi kawasan benteng, semoga bisa segera diperbaiki, sehingga pengunjung bisa lebih nyaman berada di kawasan tersebut. Akan lebih bermanfaat lagi jika disertai museum untuk mengetahui sejarah dari benteng tersebut.

Setelah melewati gerbang pembayaran tiket masuk, maka kita masih akan menemui gerbang selanjutnya sebelum sampai di pelataran utama

Tiket masuknya lumayan terjangkau

Ini adalah gerbang masuk menuju bangunan inti, pengunjung membayar retribusi masuk benteng pada petugas yang ada di gerbang tersebut
Foto     : Rafika, Niken, Immash
Liputan : Immash
Editor  : Immash

Monday 19 May 2014

Madiun : Wana Wisata Grape

Tujuan terakhir kita hari ahad kemarin adalah Wana Wisata Grape. Grape nggak dibaca pake spelling inggris ya, dibaca biasa aja trus huruf 'e' dibaca 'e' tarung bukan 'e' pepet. Baik kita tinggalkan spellingnya. Seperti namanya, Wana Wisata yang artinya wisata hutan. Sering dipake outbond dan camping, tapi di sisi yang lain sepertinya, agak di belakang. Karena yang bagian depan kebanyakan dipake orang-orang jualan, anak-anak main di sungai, dan orang-orang yang menikmati rindangnya hutan.


Wana wisata grape ini bisa dibilang masih jadi satu paket sama monumen kresek, kalo dari kota masih satu jalur. Baru pisah jalur di salah satu pertigaan yang tidak terlalu jauh dari monumen kresek dan grape.

Salah satu aliran sungai yang biasanya banyak dijadikan kolam renang dadakan buat anak-anak kecil, buat main air tentunya. Karena airnya juga masih lumayan jernih dan tidak terlalu dalam.

Di seberang jembatan kecil ini ada lapangan voli, tapi karena jarang dipakai jadinya tampak terbengkalai.

Selain hutan dan sungai, ditempat ini juga ada kawasan kolam pancing.

Ini nih kolam pancing, tapi hampir sama kondisinya dengan lapangan voli, tidak nampak aktivitas. hehe

Ini foto rimbunnya phon pas kita lagi istirahat di salah satu kursi yang disediakan.

Pedagang di sini cukup banyak, pengunjungnya juga lumayan ramai karena hari libur. Pedangan di sana juga pakai seragam khusus sepertiya, kaos orange, payungnya juga hampir seragam. hoho

Selain pohon-pohon besar, juga terdapat kebun pembibitan di samping lokasi.

Kalo ini papan nama wisata yang terletak di samping pintu masuk, bisa buat tanda.

Foto : Sulistyaning Tyas
Liputan : Immash
Editor : Immash

Madiun : Warung Syam Caping Gunung

Tujuan selanjutnya adalah makan pagi agak siang, hehe. Jadilah kita ke Syam Warung Capinggunung yang letaknya tak jauh dari monumen kresek. Warung ini cukup menarik dari segi menu ataupun suasana. Karena terletak di kaki gunung, maka pemandangan yang ditawarkannya juga tak jauh dari gunung, sawah, dan sungai. Dan memang pengunjung bisa memilih makan di saung atau gazebo yang bernuansa alam. Yang paling asik sih suara sungai alami yang terletak tepat di samping warung. Pengunjungpun bisa dengan mudah turun ke sungai karena disediakan jalan setapak kecil untuk memudahkan menuju sungai. Sungainya pun masih jernih dengan bebatuan yang menjadi khas sungai di kaki gunung. Untuk akses ke sini tidak ada angkutan umum, jadi harus bawa kendaraan pribadi ya. Jaraknya kalau dari kota cukup jauh, sekitar 30-45 menit.


Ini nih sungai belakang samping warung syam yang masih oke banget kalau mau mainan air. :)

Salah satu tampilan kawasan warung syam, saung/gazebo yang terpencar di beberapa bagian. Ada kolam juga yang dihuni berbagai jenis ikan di area tempat makan.

Salah satu minuman andalan dari warung ini, es gunung wilis yang ternyata berisi berbagai macam buah. Porsinya cukup besar, bisa buat dua oranglah.. hehe, karena saya juga cuman nebeng kemarin.

Kalo yang ini wedang jahe yang memang cocok diminum di suasana dingin seperti di warung syam ini.

Plecing kangkung yang maknyus juga, karena konon kabarnya istri dari Pak Syam sang pemilik warung ini asli orang lombok sana, jadi rasanya sesuai dan pas di lidah.

Empal bakar ini patut dicoba dah, rasanya enak, empalnya juga empuk dan lumayan besar ukurannya. Tak ketinggalan sambal terasinya juga pedas dan mantap.

Asik kan pemandangannya, ijooo...segar dan perawatannya juga bagus, jadi kawasan tempat makan tetap asri, rapi, dan cantik.

Ini saung yang kita pilih untuk makan, udah ada yang reservasi, tapi alhamdulillah masih dipake siang, jadi kita masih bisa pake buat makan pagi agak siang.

Nah, yang ini kayaknya pemandangan gunung wilisnya, bisa dinikmati sambil makan di warung syam.

Nih, daftar menu dan harganya, cukup terjangkau dengan cita rasa yang pas.

Tersedia fasilitas musholla juga untuk pengunjung.

Nih, tampak banner dari warung syam caping gunung.

Kalau yang ini tampak depan atas warung, sedangkan saungnya ada di belakang bawah dari tempat ini. Warung ini milik pak syam yang dulunya cukup lama tinggal di Lombok, insya Allah halal karena pemiliknya juga muslim dan menu yang aman. 
Foto : Sulistyaning Tyas, Istiqomah
Liputan : Immash
Editor : Immash

Madiun : Monumen Kresek

Kali ini edisi silaturahim dengan sahabat di Madiun. Awalnya saya sempat bingung juga mau ngajakin teman-teman saya kemana waktu di Madiun. Sempat kepikiran ke kota sebelah aja buat liat Sarangan, karena lama juga nggak ke sana. Tapi karena kunjungan yang cukup singkat dari teman-teman saya, maka saya mengalihkan tujuan ke tempat yang tak jauh dari rumah tapi lumayan untuk berburu foto dan kuliner. Hehe.
Tujuan pertama adalah tempat yang biasa disebut Monumen Kresek, terletak di Desa Kresek Kecamatan Wungu ini merupakan tempat yang cukup bersejarah bagi warga Madiun. Karena di tempat inilah beberapa tokoh masyarakat diculik dan akhirnya meninggal. Konon hal ini dilakukan oleh pimpinan Partai Komunis Indonesia saat itu yang bernama Muso. Hal ini dilakukan karena Muso bersama rekan-rekannya dari PKI memproklamasikan Negara Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948. Peristiwa ini tidak akan terlupakan baik dari warga setempat maupun Indonesia, sehingga tidak jarang ketika mendengar kata Madiun, salah satu kata yang terlontar selain pecel, brem, pencak silat, adalah PKI. #hororjuga 

Di dekat pintu masuk terdapat beberapa nama orang yang kala itu diculik dan akhirnya meninggal di kawasan ini

Gambar tersebut merupakan relief dari peristiwa Madiun 1948

Patung di atas menggambarkan salah satu adegan dimana PKI melakukan aksinya terhadap orang yang diculiknya

Nah, kalo yang ini saya agak bingung juga nih karena tidak ada tulisan yang memperjelas patung. Yang jelas di monumen tersebut terdapat dua patung besar yaitu patung yang ada di gambar sebelumnya dan patung anak-anak ini.

Kawasan monumen ini cukup luas, jadi ada kawasan semacam lapangan, pepohonan, dan kolam kecil. Sayang belum dilengkapi museum untuk menjelaskan sejarah dari tempat ini. Mungkin karena letaknya juga agak jauh dari Madiun kota dan tidak ada kendaraan umum yang bisa menjangkau daerah ini, jadi orang yang berkunjungpun tidak begitu ramai. Semoga ada perbaikan kedepannya.
Foto : Sulistyaning Tyas, Immash
Liputan : Immash
Editor : Immash